SAMIN TANDURAN (Upaya Mempertahankan Tradisi Nenek Moyang Sedulur Sikep di Tanduran)
DOI:
https://doi.org/10.56997/almabsut.v9i2.76Keywords:
Sedulur Sikep dan Tradisi SaminAbstract
Sedulur Sikep di Tanduran tidak mengenyam pendidikan formal dan tidak suka menyekolahkan anak-anaknya, uniknya mereka selalu mengatakan bahwa anak-anaknya sudah belajar sejak kecil. Salah satu pengertian belajar yang di pahami adalah bekerja, bagi mereka hidup semata-mata hanya untuk bekerja, prinsip tersebut yang melatar-belakangi orang tua Sedulur Sikep selalu mendidik anak-anaknya bekerja untuk membantu orang tuanya sendiri kelak ketika sudah berkeluarga bisa hidup mapan, “kabeh kanggo sopo bakale kowe sing nduwe†(semua harta nantinya juga akan diberikan kepada anak-anaknya), Pola pengasuhan berupa motivasi itu cukup efektif dan cukup berhasil sehingga mampu mempengaruhi anak-anaknya. Bekerja sudah mempunyai makna belajar atau sekolah. Sementara anak juga mempunyai harapan besar kelak akan mendapatkan harta dari hasil kerja kerasnya tersebut ketika sudah berkeluarga. Kerja keras selalu diajarkan oleh semua agama dan melarangnya pada umatnya untuk meminta-minta. Demikian pula apa yang di lakukan oleh Sedulur Sikep di Kedungtuban Blora bahwa hidup itu harus Trokal Seseorang akan mendapatkan hidup yang layak jika mau bekerja dengan bersungguh-sungguh. Implementasi ajaran agama Adam adalah sebuah penghayatan keyakinan yang mengajarkan bahwa jika seseorang tidak bekerja keras berarti mengabaikan perintah Tuhan. Usaha seseorang agar bisa hidup bahagia salah satunya adalah tentu tercukupinya kebutuhan pokok yaitu sandang, pangan dan papan. Untuk mendapatkan makanan salah satunya harus bekerja.
Perlu disadari bersama bahwa masalah terbesar dalam pendidikan kita adalah karena tidak adanya kebijakan yang berkelanjutan dan berkesinambungan, hal ini menunjukan bahwa sektor pendidikan belum menjadi lokomotif pembangunan nasional. Warga Sedulur Sikep Tanduran dikenal sebagai masyarakat adat, karena mereka mempunyai sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik, sosial dan budaya yang selalu mengutamakan keluhuran budi pekerti dan memiliki prinsip urip mung kari nglakoni.. Mengasuh anak adalah kewajiban orangtua yang tidak boleh diwakilkan kepada guru disekolah dan menjadi orangtua yang sekaligus sebagai guru bagi anak-anaknya adalah fitrah manusia sehingga tidak perlu belajar dari orang lain. Sifat permisif dan terbuka dikedepankan oleh orangtua kepada anak-anaknya sehingga pada waktunya orangtua tinggal mengingatkan bagaimana pesan-pesan leluhurnya baik cara hidup, cara berfikir dan cara bergaul dalam kehidupan sehari-hari. Namun orangtua tetap memberi contoh dalam kehidupan anak. Sistem pengasuhanya integrasi antara lahir dan batin, metodenya komunikasi dekat-berjarak kekeluargaan mligi (konsisten) diberikan sedikit demi sedikit sejak kecil, ketika anaknya melakukan kesalahan mereka menyadarinya sendiri. Bagi semua fihak belum perlu ikut campur tangan karena ruang untuk beinteraksi sulit dilakukan sehingga perubahan sosial tidak mampu mempengaruhinya.
Â
Â
Â
Downloads
References
Alamsyah, Prolog Perlawanan Samin, Yogyakarta: Idea Press, 2012.
Bourdieu, Pierre, Distinction. A Social Critique of the Judgement of Taste, terj. Richard Nice, Cambrige: Harvard Universiry Press, 2002.
Bourdieu, Pierre, Language and Symbolic Power, terj. Gino Raymond dan Matthew Adamson, Cambridge UK: Polity Press, 1991.
Bourdieu, Pierre, Outline of A Theory of Practice, terj. Richard Nice. Cambrige: Harvard Universiry Press, 2010.
Foucault, M. Discipline and Punish: The Birth of a Prison, London: Penguin, 1991.
Fuadudin, T.M., Pola Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam, Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Jender, 1999.
Gaventa, J., Power after Lukes: a Review of the Literature, Brighton: Institute of Development Studies, 2003.
Goodman, J. Douglas dan George Rister, Modern Sociological Theory, terj. Astry Fajria, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana, 2004.
Haryatmoko, “Habitus dan Kapital dalam Strategi Kekuasaan. Teori Habitus Strukturasi Pierre Bourdieu dengan Orientasi Budayaâ€, makalah dipresentasikan di Pasca-Sarjana Sosiologi Universitas Indonesia. 26 Agustus 2010.
Hutomo, Sadi Suripan, “Bahasa dan Sastra Lisan Orang Samin Daerah Kabupaten Bloraâ€, Basis, No. XXXII, Yogyakarta: Andi Offset, 1983.
----------, Tradisi dari Blora, Semarang: Citra Almamater, 1996.
Ilbana, “Masyarakat Samin di Bojonegoro, Studi Antropologi Agamaâ€, Tesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2005.
Ismail, Nawari, Relasi Kuasa dalam Pengubahan Budaya Komunitas Negara, Muslim, Wong Sikep, Bandung: Karya Putra Darwati, 2012.
Korver , A. Pieter E, “The Samin Movement dan Millenarismâ€. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, Deel 132, 2de/3de Afl, pp. 249-266, 1976.
Lickona, Thomas, Character Matters, Persoalan Karakter, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.
Majid, Abdul, dan Andayani Dian, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Moleong, J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998.
Mulyana, Rohmat, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, 2014.
al-Qarashi, Bagir Syarif. Seni Mendidik Islam,terj. Mustofa Budi Santoso,, Jakarta: Pustaka Zahra, 2003.
Sulistyawati, Siti Yeni, Tradisi Perkawinan Masyarakat Samin di Desa Kemantren Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora, Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012.
Sunadi, Ahmad, “Interaksi Sosial Masyarakat Samin di Tengah Modenisasi (Studi Di Desa Baturejo Kecamatan Sukolillo Kabupaten Pati)â€, Skripsi, Fakultas Ushuluddin Studi Agama dan Pemikiran Islam. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.
Downloads


Published
Issue
Section
License
Based on a work at http://iaingawi.ac.id/ejournal/index.php/AlMabsut/.Â